Minggu, 22 Juni 2014


Hai kalian, apa kabar? Aku berharap kalian yan g hobi dan setia membaca blog selalu dalam keadaan sehat walafiat.aamiin Senengnya aku bisa ngepost lagi,setelah beberapa bulan vakum. Tapi kalau urusan menulis dibuku diary aku sih setiap hari update terus. Cukup basa basi nya dehJ

Risking it all
Senang rasanya mengaggumi seseorang yang akhlaknya terpuji, apalagi dia selalu dijadikan pemimpin dalam setiap organisasi. Ya beginilah aku, tipikal wanita yang selalu ingin berteman dengan wanita ataupun laki-laki yang sifatnya terpuji. Tetapi pada kenyataan nya perasaan wanita memang tidak dapat dibohongi. Ketika mengaggumi, tiba-tiba perasaan itu datang. Perasaan yang tidak biasa, kita sering melakukan hal-hal yang tidak biasa, sering memberikan perhatian, saling menegur dan menasihati. Bagaimana tidak muncul harapan ketika itu dialami oleh seorang wanita. Tapi aku berusaha harapan itu tidak ada dalam diri ku, pada kenyataan aku tidak bisa. Aku pun selalu berdoa, Ya ALLAH jika memang dia teman yang terbaik dekatkan lah diriku dengannya tapi jika dia baik biasakan lah perasaan ku dengannya dan apabila dia bukan yang terbaik aku mohon jauhilah diriku padanya. Doa yang selalu aku panjatkan disetiap sholatku.

Hari demi hari aku jalani kehidupan ini dengan kaki yang melangkah jauh, tangan yang selalu menerima kasih sayang, tangan yang menolak penzinahan, mata yang menatap kuat, dan perasaan hati yang selalu rapuh ketika menerima kenyataan. Aku kuat..ya aku kuat.. 
Aku ingin menyudahi perasaan hati ini secepatnya! Kenapa begitu? Setelah aku tau, sejak dulu dia memiliki persaan berbeda dengan ku. Aku malu, aku malu, aku malu menjadi wanita yang rapuh. Setiap memikirkan dia, selalu menangis. Setelah mengetahui itu,akupun menjauhi dan berubah. Sahabat ku selalu memutarkan perkataan yang mungkin membuat perasaan hati ku teriris “jelas aja suka, dia(S) cantik, sholihah, baik, pinter” hmm perfect titik (aku akuin sahabat ku yang ini memang mendekati sempurna). Dari hatiku yang paling dalam, tidak ada sekecil pun rasa iri atau benci terhadapnya, karna ialah yang pernah menghapus air mataku dan menganggap aku sahabat.

Akhirnya aku memutuskan untuk bersahabat dengan nya(A). Dia tidak pernah menanyakan mengapa aku seperti ini, ia tidak sadar bahwa perlakuan ku berubah terhadapnya walaupun dia tetap selalu mengingatkan ku sholat wajib, sunnah dan puasa.

Prinsip ku “Jika wanita itu yang terbaik aku akan mundur, tapi jika wanita itu tidak baik dimata ku aku akan terus memperjuangkan kebahagian ku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar